Fatimah Al-Fihri; Pendiri Universitas Al-Qarawiyyin Maroko

 

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8a/Al_Quaraouiyine.jpg

Oleh: Baiquniyyat (Nurul Hikmah Hafid)

Fatimah Al-Fihri, satu nama legendaris dalam perkembangan penyebaran Islam yang tidak layak dilupakan oleh sejarah. Siapa sangka, bahwa pendiri universitas Islam pertama sekaligus tertua di dunia adalah seorang perempuan. Siapakah perempuan yang dimaksud? Mari kita bahas lebih dalam.

Beliau adalah Fatimah binti Muhammad Al-Fihriya Al-Qurashiya yang sering dijuluki Umm Al-Banin. Universitas yang dimaksud adalah Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Beliau lahir pada tahun 800 M di Kairouan Tunisia, Maroko. Sebagai anak yang terlahir dari seorang saudagar kaya Muhammad Al-Fihri, beliau mengikuti ayahnya berimigrasi ke kota Fez, Maroko bersama adiknya yang bernama Maryam Al-Fihri.

Kehidupan Fatimah yang berkecukupan, tidak menjadikan dirinya terlahir sebagai anak yang anti-sosial maupun apatis. Justru beliau beserta keluarganya sering mengadakan acara yang melibatkan kaum duafa di sekitarnya. Beliau juga tidak banyak menuntut ilmu di luar rumah, karena keluarganya sendirilah yang menjadikan beliau menjadi perempuan hebat yang berdedikasi lebih banyak dalam dunia pendidikan, hingga mampu mendirikan universitas pada saat itu.

Saat ayahnya meninggal dunia, beliau meninggalkan banyak warisan untuk Fatimah dan Maryam. Fatimah berinisiatif agar harta itu dapat lebih bermanfaat baginya dan bagi almarhum orang tuanya. Oleh karena itu, beliau membangun sebuah masjid yang dinamai Al-Qarawiyyin, dan Maryam membangun masjid Al-Andalus. Selama pembangunan, Fatimah bernazar akan tetap berpuasa sampai pembangunan masjid itu selesai. Dengan harapan, kelak masjid itu menjadi masjid yang diberkahi.

Pembangunan Al-Qarawiyyin rampung pada awal Ramadan 245 H atau bertepatan dengan 30 Juni 859 M. Fatimah yang bergelar Umm Al-Banin itu, mengawasi langsung proses pembangunan masjid yang terkenal dengan sebutan Jami’ Al-Syurafa’. Sejak awal pemilihan lokasi hingga soal arsitekturnya, pembangunan masjid Al-Qarawiyyin dibangun di sebuah tanah yang sangat strategis, sehingga tak sedikit pendatang yang tidak tertarik memasuki masjid dan belajar di dalamnya.

Seluruh biayanya berasal dari kantong pribadinya. Bahkan, beliau tak ingin mengambil sepeser pun dari orang lain. Pasir dan air sebagai material pokok diperoleh di lokasi tempat masjid berdiri tegak. Sebagaimana yang diriwayatkan, Fatimah memerintahkan para pekerja agar menggali sedalam-dalamnya untuk mendapatkan pasir, sehingga tidak mengambil hak orang lain.

Awalnya, masjid itu hanya digunakan sebagai tempat belajar agama biasa seperti masjid pada umumnya. Dengan madrasah yang hanya mengajar ilmu agama tradisional, akan tetapi melihat dorongan keadaan dan lingkungan kota dengan segenap kemajuan ekonomi, membuat kota itu hidup, banyak pedagang, hingga pendatang yang berkunjung ke kota tersebut.

Awal pembelajaran masjid tersebut, terdapat 3 bidang studi utama, yaitu tafsir, ilmu hadis, dan ilmu fikih. Kemudian, bidang studinya bertambah dengan menawarkan berbagai pelajaran umum sebagai bagian pendidikan yang lebih luas. Bidang studi tersebut seperti astronomi, matematika, astrologi, puisi, sastra, dan fisika.

Inovasi baru tersebut memunculkan titik terang bagi dunia pendidikan saat itu, pengadaan sistem akademik yang lebih teratur dan modern menjadikan universitas Al-Qarawiyyin menjadi universitas pertama yang menggunakan gelar kesarjanaan. Terhitung sejak universitas itu memproduksi alumni, gelar yang digunakan tetap berlaku hingga saat ini. Bahkan, toga berbentuk persegi empat, juga diinisiasi oleh  Fatimah Al-Fihri. Persegi empat melambangkan Kakbah; kiblat salat seluruh umat Islam yang menjadi sentral filosofinya.

Saat ini, Universitas Al-Qarawiyyin masih beroperasi dengan baik dengan berbagai fasilitas yang memadai. Seperti gedung luas dan nyaman, lapangan, serta perpustakaan yang termasuk terbesar, menampung puluhan ribu buku, terutama manuskrip Mazhab Maliki. Karya-karya itu masih tersimpan dan terpelihara dengan baik di sana. Alumninya tidak dapat diragukan kapasitas keilmuannya. Beberapa alumni yang menjadi mercusuar pengetahuan adalah Ibnu Bajah, Ibnu Khaldun, dan lain-lain.

Fatimah Al-Fihri wafat pada tahun 880 M pada usia sekitar 80 tahun. Dengan deretan saksi sejarah yang dihadirkan dalam dunia pendidikan, wanita menjadi inspirator besar dalam dunia pendidikan, bukanlah hal yang mustahil. Wanita sebagai madrasah bagi keluarganya adalah bibit untuk menjadi madrasah peradaban, seperti yang dicontohkan Fatimah Al-Fihri.

Semoga kita; sebagai kaum wanita bisa mengambil banyak pelajaran, inspirasi, dan motivasi dari sosok Fatimah Al-Fihri dan menjadi lentera terang untuk peradaban yang akan datang.

Comments

Post a Comment