Fatimah Al-Fihri; Pendiri Universitas Al-Qarawiyyin Maroko
Oleh: Baiquniyyat (Nurul Hikmah Hafid)
Fatimah Al-Fihri,
satu nama legendaris dalam perkembangan penyebaran Islam yang tidak layak
dilupakan oleh sejarah. Siapa sangka, bahwa pendiri universitas Islam
pertama sekaligus tertua di dunia adalah seorang perempuan. Siapakah perempuan yang
dimaksud? Mari kita bahas lebih dalam.
Beliau adalah Fatimah binti Muhammad Al-Fihriya Al-Qurashiya yang sering
dijuluki Umm Al-Banin. Universitas yang dimaksud adalah Universitas
Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Beliau lahir pada tahun 800 M di Kairouan Tunisia,
Maroko. Sebagai anak yang terlahir dari seorang saudagar kaya Muhammad Al-Fihri, beliau
mengikuti ayahnya berimigrasi ke kota Fez, Maroko bersama adiknya yang bernama Maryam Al-Fihri.
Kehidupan
Fatimah yang berkecukupan, tidak menjadikan dirinya terlahir sebagai anak yang anti-sosial
maupun apatis. Justru beliau beserta keluarganya sering mengadakan acara
yang melibatkan kaum duafa di sekitarnya. Beliau juga tidak banyak menuntut
ilmu di luar rumah, karena keluarganya sendirilah yang menjadikan
beliau menjadi perempuan hebat yang berdedikasi lebih banyak dalam dunia
pendidikan, hingga mampu mendirikan universitas pada saat itu.
Saat ayahnya meninggal
dunia, beliau meninggalkan banyak warisan untuk Fatimah dan Maryam.
Fatimah berinisiatif agar harta itu dapat lebih bermanfaat baginya dan bagi
almarhum orang tuanya. Oleh karena itu, beliau membangun sebuah masjid yang
dinamai Al-Qarawiyyin, dan Maryam membangun masjid Al-Andalus. Selama
pembangunan, Fatimah bernazar akan tetap berpuasa sampai pembangunan masjid itu
selesai. Dengan harapan, kelak masjid itu menjadi masjid yang diberkahi.
Pembangunan Al-Qarawiyyin
rampung pada awal Ramadan 245 H atau bertepatan dengan 30 Juni 859 M. Fatimah
yang bergelar Umm Al-Banin itu, mengawasi langsung proses pembangunan
masjid yang terkenal dengan sebutan Jami’ Al-Syurafa’. Sejak awal
pemilihan lokasi hingga soal arsitekturnya, pembangunan masjid
Al-Qarawiyyin dibangun di sebuah tanah yang sangat strategis, sehingga tak
sedikit pendatang yang tidak tertarik memasuki masjid dan belajar di dalamnya.
Seluruh biayanya
berasal dari kantong pribadinya. Bahkan, beliau tak ingin mengambil sepeser pun dari orang
lain. Pasir dan air sebagai material pokok diperoleh di lokasi tempat masjid
berdiri tegak. Sebagaimana yang diriwayatkan, Fatimah memerintahkan para pekerja
agar menggali sedalam-dalamnya untuk mendapatkan pasir, sehingga tidak mengambil hak orang lain.
Awalnya,
masjid itu hanya digunakan sebagai tempat belajar agama biasa seperti masjid
pada umumnya. Dengan madrasah yang hanya mengajar ilmu agama tradisional, akan
tetapi melihat dorongan keadaan dan lingkungan kota dengan segenap kemajuan
ekonomi, membuat kota itu hidup, banyak pedagang, hingga pendatang
yang berkunjung ke kota tersebut.
Awal pembelajaran masjid tersebut,
terdapat 3 bidang studi utama, yaitu tafsir, ilmu hadis, dan ilmu fikih. Kemudian,
bidang studinya bertambah dengan menawarkan berbagai pelajaran umum sebagai
bagian pendidikan yang lebih luas. Bidang studi tersebut seperti astronomi,
matematika, astrologi, puisi, sastra, dan fisika.
Inovasi baru tersebut memunculkan
titik terang bagi dunia pendidikan saat itu, pengadaan sistem akademik yang
lebih teratur dan modern menjadikan universitas Al-Qarawiyyin menjadi universitas pertama
yang menggunakan gelar kesarjanaan. Terhitung sejak universitas itu memproduksi alumni, gelar yang
digunakan tetap berlaku hingga saat ini. Bahkan, toga berbentuk persegi empat, juga diinisiasi oleh Fatimah Al-Fihri. Persegi empat melambangkan Kakbah;
kiblat salat seluruh umat Islam yang menjadi sentral filosofinya.
Saat ini, Universitas Al-Qarawiyyin
masih beroperasi dengan baik dengan berbagai fasilitas yang memadai. Seperti gedung
luas dan nyaman, lapangan, serta perpustakaan yang termasuk terbesar, menampung puluhan ribu
buku, terutama manuskrip Mazhab Maliki. Karya-karya itu masih tersimpan dan terpelihara
dengan baik di sana. Alumninya tidak dapat diragukan kapasitas keilmuannya.
Beberapa alumni yang menjadi mercusuar pengetahuan adalah Ibnu Bajah, Ibnu
Khaldun, dan lain-lain.
Fatimah Al-Fihri wafat pada tahun
880 M pada usia sekitar 80 tahun. Dengan deretan saksi sejarah yang dihadirkan
dalam dunia pendidikan, wanita menjadi inspirator besar dalam dunia pendidikan,
bukanlah hal yang mustahil. Wanita sebagai madrasah bagi keluarganya adalah
bibit untuk menjadi madrasah peradaban, seperti yang dicontohkan Fatimah
Al-Fihri.
Semoga kita; sebagai kaum wanita bisa mengambil banyak pelajaran, inspirasi, dan motivasi dari sosok Fatimah Al-Fihri dan menjadi lentera terang untuk peradaban yang akan datang.




Masya Allah
ReplyDelete