Tudang Sipulung Bersama Prof. Hamka, Nasihat dan Semangat dari Senior
![]() |
| Gambar: (Dok. Bait) |
Kairo, BAIT— Napak tilas
perjuangan mahasiswa dapat kita lihat dari prestasinya di kampus, organisasi, ataupun
kontribusi untuk almamaternya, begitupun lingkup mahasiswa di Mesir (Masisir).
Salah satunya, kita dapat berkaca dari pencapaian Prof. Dr. Hamka Hasan, Lc.,
M.A., semasa kuliah di al-Azhar Mesir dan menjadi bagian dari Kerukunan
Keluarga Sulawesi (KKS).
Beliau merupakan angkatan tahun
1995 dengan nama angkatan pada saat itu adalah “STAR”. Guru besar UIN
Syarif Hidayatullah ini, sangat aktif berorganisasi semasa menjadi mahasiswa al-Azhar.
Seperti, menjadi Punggawa KKS pada tahun 2000, Ketua Senat Usuluddin, aktif di berbagai
kegiatan kepenulisan, hingga menjadi fasilitator diskusi mahasiswa yang menghadirkan
narasumber dari Mesir.
Prof. Hamka akrabnya, berkesempatan
kembali bernostalgia di Mesir dalam rangka menemui mahasiswa dan memberikan
berbagai pembekalan. Pada sela kesibukannya tersebut, beliau juga menyempatkan
hadir di sekretariat FK-Baiquni sebagai Dewan Senior dalam kegiatan silaturahmi
dan tudang sipulung. Beliau menyampaikan beberapa nasihat hingga
berlinang air mata mengenang perjuangan dan kerinduaannya selama menjadi Azhary.
Prof. Hamka menegaskan bahwa lulusan al-Azhar minimal harus menguasai dan memiliki
kitab-kitab induk atau standar sesuai bidang yang digelutinya. ”Tidak hanya
membawa pulang kitab, akan tetapi juga ilmunya,” tegas Prof. Hamka.
Kelemahan mahasiswa al-Azhar terdapat
pada metode kepenulisannya. Beliau menilai, kurang cakapnya mahasiswa Al-Azhar
dalam ranah kepenulisan dan penelitian membuatnya sulit bersaing dengan
mahasiswa Indonesia. Hal ini selaras dengan pertanyaan salah satu anggota
FK-Baiquni, mengenai bagaimana menumbuhkan semangat menulis anggota FK-Baiquni.
Penulis buletin pertama FK-Baiquni itupun menjelaskan, bahwa objek atau ide
dari tulisan yang ingin ditulis, harus dekat dengan perkuliahan di Mesir. Karena,
hal itu merupakan identitas azhary dan lebih mudah untuk ditulis. Perjalanan
yang sering diabadikan lewat tulisan di facebook pribadinya, adalah contoh yang
tepat untuk menumbuhkan minat dalam menulis. Membaca dan dibaca dunia adalah slogan
yang kerap kali beliau sampaikan, “Ketika tulisan diposting, giliran kita yang
dibaca dunia”, ujar beliau.
Suasana haru seketika, setelah Fatriani
Salsabila (anggota FK-Baiquni) memberikan pertanyaan, ”Bagaimana melanjutkan S2
tanpa membebani orang tua?” Dengan suara gemetar dan mengambil selembar tisu,
Prof. Hamka nampak sedih dan haru. Beliau mengutarakan keinginannya untuk tetap
lanjut S2 di Mesir kala itu, tetapi harus pulang karena terpilih sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) saat itu juga, ditambah kerinduan yang menggunung kepada
orang tuanya.
Selanjutnya, Prof. Hamka berkata,
“Jika ingin lanjut S2 di Mesir bisa mengambil beasiswa di lembaga beasiswa
Mesir atau univeristas yang menyediakan, sedangkan apabila S2 di Indonesia yang
memakan biaya sekitar 4 juta per semester, dengan jadwal kuliah hanya 3 kali
dalam sepekan, itu bisa dicover dengan bekerja. Seperti menjadi pembina pondok
untuk sekadar numpang makan dan tidur,” ujarnya sambil tertawa. Beliau berpesan
agar menjalankan sesuatu dengan selalu optimis, berdoa, dan dekat kepada Tuhan.
Prof. Hamka juga mengajak untuk
memanfaatkan beasiswa yang tersedia baik nasional maupun internasional. Beberapa
beasiswa nasional yang bisa diakses seperti: Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Bantuan Studi, dan Beasiswa MUI.
Adapun Negara yang menyediakan beasiswa sesuai penjelasan Prof. Hamka yaitu:
Qatar dan Tunisia. Kedua negara ini memberikan beasiswa yang kuotanya tidak
terbatas, “Di mana yang menjadi lawan kita adalah diri kita sendiri,” kata
Prof. Hamka sambil tersenyum.
Pada sesi pertanyaan terakhir ditutup
oleh Muhammad Fadly Syah, Lc., yang merupakan satu- satunya mahasiswa S2 pada
kesempatan tersebut. Pertanyannya, “Setelah menelisik, kami (mahasiswa S2)
mendapati bahwa tidak ada universitas di Indonesia yang menyediakan mata kuliah
ushul fiqih, sehingga kebanyakan dari kami memilih untuk melanjutkan S2 di
Mesir, bagaimana pendapat Prof mengenai hal ini?” Prof. Hamka menjawab dengan
membenarkan hal tersebut, beliau mengakui di Indonesia belum ada universitas
yang menyediakan Ushul fiqih secara khusus dan mendalam seperti aL-Azhar. Di
Indonesia, dalam hal ini UIN Syarif HIdayatullah, hanya menyediakan jurusan
Dirasat Islamiyah yang tidak mendalam soal kajian ushul fiqih. Beliau
menyarankan untuk tetap melanjutkan S2 di al-Azhar pada jurusan yang ingin
diperdalam seperti Ushul fiqih.
Pada penghujung acara tersebut, Prof. Hamka kembali mengingatkan agar selalu fokus dengan perkulihaan serta menambah wawasan melalui forum kajian per minggu. Suasana kekeluargaan semakin kental tatkala Prof. Hamka mendoakan para anggota FK-Baiquni, agar dimudahkan dan dilancarkan studinya di al-Azhar Mesir. Acara itu pun ditutup dengan penyerahan plakat oleh ketua FK-Baiquni, Yusril Andino, Lc., dan foto bersama anggota FK-Baiquni yang hadir dalam kesempatan tersebut. Dengan kedatangan Prof. Hamka, diharapkan menumbuhkan kembali semangat pada setiap anggota FK-Baiquni, sehingga kembali lahir kader-kader yang berkualitas dan berpengaruh bagi bangsa dan agama dari Forum Kajian Baiquni.
Reporter: St. Aisyah HS
Editor: Ismail Sanusi




ممتاز
ReplyDelete