Lahjah Quraisy; Keistimewaan dan Sebab Dipilihnya sebagai Lahjah Al-Qur’an
![]() |
| Al-Qur'an Gambar: (dok.BAIT) |
Oleh : Resni Salmarani
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Quran dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya.” Surah Yusuf, ayat: 2.
Pada ayat di atas, Allah Swt membeberkan
alasan dipilihnya bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an. Sejalan dengan hal tersebut, para ulama kemudian mengamini bahwa bahasa Arab
memiliki lebih banyak kosakata daripada bahasa lain sehingga dianggap paling
pantas untuk mewakili makna firman Tuhan.
Namun, jika ditilik lebih
dalam bahasa Arab
memiliki sangat banyak lahjah. Dan di antara keberagaman itu, lahjah
Quraisy-lah yang kemudian mendominasi untuk
bahasa al-Qur’an dibandingkan lahjah yang lain. Hal ini pulalah yang menjadi sandaran dalam proses pengodifikasian al-Qur'an yang pertma kali dilakukan di masa Sayyidina Usman bin Affan.
Tulisan ini sendiri
akan berfokus untuk membocorkan rahasia mengapa lahjah Quraisy yang mendominasi dalam al-Qur'an dibanding yang lainnya. Namun sebelum melangkah lebih jauh tentang pembahasa ini, tahukah kamu apa itu lahjah?
Definisi Lahjah
Dalam kamus al-Munjid, para ulama linguistik Arab menyebutkan bahwa kata lahjah bermakna bahasa
manusia yang sudah menjadi karakter dan kebiasaan. Berdasarkan definisi
tersebut, maka lahjah dapat diartikan sebagai sebuah dialek bahasa yang lumrah
dituturkan di daerah tertentu.
Lebih lanjut, lahjah (dialek) Arab
memiliki variasi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:
Pertama, sebab geografis. Perbedaan letak geografis dapat
memengaruhi perbedaan dialek. Sebagai contoh, secara
general, kebanyakan penduduk desa memiliki karakter bahasa yang lebih terjaga dibandingkan dengan
penduduk kota. Hal tersebut disebabkan karena daerah pedesaan cenderung lebih terisolasi
dari peradaban luar sehingga terjaga dari perbauran dengan bahasa lain.
Kedua, sebab sosial. Perbedaan tingkatan sosial masyarakat
di suatu daerah memberikan pengaruh terhadap perbedaan dialek masyarakat
tersebut. Perbedaan strata ini mengakibatkan perbedaan redaksi ungkapan yang
sering dipakai dalam keseharian mereka.
Misalnya, orang yang mengeyam pendidikan memiliki
ungkapan kata yang berbeda dengan orang yang tidak mengeyam pendidikan. Begitu
pula mereka yang terjun di dunia politik tentu memiliki cara berbicara yang berbeda
dengan mereka yang di dunia industri.
Ketiga, interaksi (ta’âmul) masyarakat. Daerah
yang didatangi oleh banyak perantau itu sangat memungkinkan bahasa mereka
tercampur dengan bahasa lain sebab interaksi mereka dengan orang luar.
Klasifikasi Lahjah
Bangsa Arab
Bangsa Arab termasuk yang mendapat dampak dari
ketiga faktor tersebut. Maka dari itu, terdapat berbagai macam lahjah
dalam bahasa Arab. Agar lebih mudah dipahami, para ulama mengelompokkan dialek
Arab menjadi lima kelompok besar. Setiap kelompok mencakup dialek-dialek yang
berdekatan dalam bunyi, kosakata, gaya bahasa, gramatika, serta
pengaruh-pengaruh yang tercakup dalam perkembangannya.
Yang pertama, lahjah Maroko. Kelompok lahjah
ini mencakup semua dialek bahasa Arab yang digunakan di Afrika Selatan. Kemudian
lahjah Suriah, yang terdiri dari dialek Suriah, Lebanon, Palestina, dan
Timur Yordania. Setelah itu, terdapat lahjah Irak, yang merangkum semua dialek bahasa arab yang ada di negara
Irak. Lalu lahjah Mesir, yang memuat semua dialek bahasa Arab yang
digunakan di Mesir dan Sudan. Dan terakhir, kelompok lahjah Hijaz-Najd,
yang mencakup dialek penduduk daerah Hijaz, Najd, Yaman.
Diantara pengelompokan tersebut, dialek
Quraisy termasuk dalam kelompok Hijaz-Najd, sebab suku Quraisy menduduki tanah
Hijaz. Suku bangsawan ini merupakan keturunan Nabi Ibrahim as yang nasabnya
terhubung dengan Nabi Muhammad Saw.
Jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw, telah
terjadi perseteruan antara bahasa Quraisy dengan bahasa non-Quraisy di kota Makkah.
Perseteruan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti interaksi suku
non-Quraisy yang kuat dengan suku Quraisy, imigrasi dagang, perang antar suku dan
pertemuan pada hari-hari besar bangsa Arab.
Interaksi yang masif ini menjadikan bahasa Arab
menyebar luas dan digunakan oleh banyak orang, akan sulit menjaga autentisitas
bahasa dalam jangka panjang. Karena seiring berjalannya waktu, bahasa terus
berkembang hingga mengalami perubahan menjadi dialek yang berbeda-beda.
Perubahan itu pasti ada. Bahasa Arab sejak dahulu sudah terpecah menjadi
berbagai macam dialek yang berbeda pada aspek suara, makna, kaidah, maupun kosakata.
Siyâdah
Lahjah Quraisy
Dengan peristiwa itu, terjadilah perbauran dialek
dalam kelompok lahjah Hijaz-Najd, yang mencakup dialek penduduk daerah
Hijaz, Najd, Yaman, dan Quraisy. Proses inilah yang menjadi langkah awal lahjah
Quraisy dipilih sebagai bahasa pemersatu bangsa Arab pada zaman itu (Siyâdah
lahjah Quraisy).
Adapun faktor-faktor yang membuat dialek
Quraisy ini mendominasi dialek Arab lainnya, antara lain; Pertama,
faktor agama. Orang Quraisy menduduki kota Makkah sebagai pusat pelaksanaan
ibadah haji, mereka memiliki peran penting dalam ibadah haji sebagai pelayan
jamaah haji (khâdim al-hajj).
Kedua, faktor ekonomi. Pedagang Quraisy sering melakukan perjalanan dagang dari Syam ke Yaman. Selain itu
mereka dikenal sebagai pengendali pasar Makkah. Sehingga, pedagang
Quraisy dijadikan tolok
ukur kemajuan ekonomi.
Ketiga, faktor budaya. Seringnya para pedagang, penyair, dan penceramah melakukan perkumpulan sastra dan
budaya di pasar Makkah. Di sana, orang Quraisy memiliki peran penting sebagai
penilai kualitas syair-syair.
Keempat, perang antar kabilah Arab. Ketika seruan
perang diteriakkan, para prajurit menggunakan dialek Quraisy untuk
berkomunikasi dengan kabilah lawan. Cukup menarik tatkala dalam peperangan antar
kabilah, bahasa yang digunakan untuk menyemangati pasukan adalah dialek
Quraisy. Hal ini karena dialek Quraisy dianggap sebagai dialek yang bergengsi.
Kelima, faktor kekayaan bahasa. Bahasa Arab Quraisy
sebagai bahasa yang lebih kaya, baik dari sisi kosakata, maupun gaya bahasa. Ia
juga lebih maju dan lebih tinggi tingkat keindahannya.
Keenam, faktor al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw yang berasal dari Bani Hasyim, salah satu suku
Quraisy. Ini menjadi faktor yang sangat strategis. Karena seolah menjadi
legitimasi (pengakuan secara sah) atas supremasi dialek Quraisy. Bahkan, sebelum
datangnya al-Qur’an, dialek Quraisy telah dianggap dialek yang terbaik.
Al-Qur’an dan Lahjah
Quraisy
Bahasa Arab memiliki peran penting dalam memahami al-Qur’an.
Oleh karena itu, keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Persoalan tentang bahasa Quraisy menjadi bahasa al-Qur’an bermula dari
perkataan Utsman bin Affan di hadapan 3 penulis Quraisy dan seorang dari
Anshar, “ Jika kalian berbeda pendapat mengenai al-Qur’an, maka tulislah dalam
bahasa Quraisy karena ia diturunkan dengan bahasa mereka”.
Allah Swt menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab, khususnya dengan dialek Quraisy yang
mendominasi isi al-Qur’an, karena Allah telah memuliakan suku Quraisy jauh
sebelum diturunkannya al-Qur’an. Seakan-akan, Dia ingin menunjukkan bahwa
sebaik-baik bangsa Arab adalah bangsa Quraisy dan sebaik-baik lahjah
Arab ialah lahjah Quraisy.
Karena
al-Quran turun dengan dialek Quraisy, maka tidak mengherankan al-Qur’an dapat dipahami oleh semua suku. Sungguh, dialek
ini telah mendapat tempat yang istimewa di antara dialek Arab lainnya sebelum
diturunkannya al-Qur’an.




Comments
Post a Comment