Kritis dan Bodoh itu Beda Tipis

Ilustrasi Gambar (Gambar: dok. BAIT)


Oleh: Akmal Fuady

Tulisan saya ini, merupakan hasil penelitian saya dan sesuai dengan apa yang telah terjadi di negara kita. Namun sebelum kita hanyut ke dalam ekspresi yang saya tuliskan ini, saya sama sekali tidak bertujuan untuk menjatuhkan suatu pihak, oknum, kelompok ataupun kalangan yang bersangkutan. Dan saya mengekspresikannya murni bertujuan untuk kesadaran kita dan juga membuka pandangan kita bersama.

Sebelum saya menuliskan ekspresi ini, saya dihantui oleh sebuah pertanyaan. Apakah kinerja pemerintah Indonesia sudah bisa dibilang bagus? Atau justru sebaliknya?

Seringkali kita melihat baik secara langsung ataupun tidak, tentang kinerja pemerintah yang dikritik habis-habisan oleh seluruh kalangan. Dan hal ini bisa kita dapati di pelbagai bidang pemerintahan, entah itu bidang ekonomi, pertahanan, pembangunan, pemberdayaan, dan masih banyak lainnya. Bentuk kritiknya pun ada beragam dan bisa kita temui hampir di seluruh sumber informasi ataupun media sosial. Akan tetapi dari hal ini, dapatkah kita katakan bahwa kinerja pemerintah kita saat ini masih di bawah rata-rata? Jika iya, bagaimana standarisasi sebuah kinerja yang bagus dalam kepemerintahan suatu negara?

Menurut Carlson dan Schwar, kinerja pemerintahan yang baik dapat ditinjau dari pelayanan publik yang baik dan berkualitas. Sebuah pemerintah dapat dikatakan berhasil dalam menjalankan kinerjanya apabila telah menyejahterakan rakyatnya secara baik, merata dan berkualitas dari seluruh bidangnya.

Sebuah pemerintah juga dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuannya. Sebagai contoh di negara Finlandia yang kepemerintahannya memiliki tujuan untuk membahagiakan rakyatnya. Dan terbukti, Finlandia menjadi negara paling bahagia nomor satu di dunia. Diteliti berdasarkan dukungan sosial, penghasilan, kesehatan, kebebasan, kemurahan hati, dan bersih korupsi. Sedangkan dalam hal ini Indonesia merosot jauh di peringkat ke-84.

Jenis-Jenis Kritik

Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus memahami dasar dari pembahasan ini, yaitu kritik dan garis besarnya.

Kritik adalah perkataan ataupun tulisan yang menunjukkan sebuah kesalahan tanpa harus memberi solusi. Dan secara garis besar, kritik itu sendiri terbagi dua, destruktif dan konstruktif. Kritik desktruktif diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan kesalahan yang bersifat menjatuhkan ataupun menjelekkan suatu individu maupun kelompok.

Sedangkan, kritik konstruktif adalah kritik yang menunjukkan kesalahan tetapi berlandaskan dengan asas membangun tanpa menjatuhkan dan menjelekkan suatu pihak individu maupun kelompok tertentu.

Sebab itu, walaupun kritik tidak harus dibarengi dengan solusi, sebisa mungkin kritik itu mengandung sifat konstruktif. Segala hal yang diawali dengan niat baik, maka niscaya juga akan berdampak baik.

Maka dari hal tadi, muncul pertanyaan, “Jika kinerja pemerintah masih mengecewakan, apakah rakyat berhak memberi kritik? Jika iya, apakah pantas pemberi kritik tersebut disebut sebagai pelaku tindak pidana?”

Objek yang Dituju

Hal yang ingin saya tekankan dalam pembahasan ini adalah posisi kita sebagai pemuda yang sering kali mengkritik pemerintah tanpa melekatkan sesuatu yang bersifat membangun. Dan kita juga menjadi kelompok yang sangat diperbincangkan dalam pembangunan, penerus, dan pengelola masa depan negara kita.

“Apakah kita masih layak dikatakan penerus bangsa?”

Fakta yang terjadi di lapangan adalah masih banyak penduduk dari negeri kita yang sampai saat ini belum bahkan tidak memiliki pekerjaan. Saya teringat oleh perkataan Mba Najwa Shihab bahwa tidak sedikit terdapat pengangguran dari kalangan pemuda pasca sekolah maupun pasca kuliah. Keterkaitan dengan apa yang telah saya jelaskan di paragraf sebelumnya adalah masih banyak dari kalangan muda seperti kita saat ini terlalu memusingkan untuk mengkritik kinerja suatu pemerintah tanpa melihat dirinya terlebih dahulu dan bahkan tidak memberikan solusi dari kritikan mereka sendiri. Maka dalam hal ini kritik harus disertai dengan adanya sifat yang membangun dari permasalahan yang kita angkat sebagai sebuah kritik konstruktif.

Banyak dari kita terlalu sibuk dalam menanggapi kinerja pemerintahan, yang padahal tanpa kita sadari kita juga merupakan pelaku di balik ketimpangan tersebut. Kita bisa ambil bukti yang sering terjadi belakangan ini,  seperti demonstrasi antara mahasiswa atau pun pemuda setempat terhadap pemerintah yang mengeluarkan kebijakan, dan mengkrtitik dengan tujuan menjatuhkan. Dan tidak sedikit dari mereka lebih sering mengeluarkan ujaran kebencian kepada pemerintah melalui kata-kata umpatan yang tidak bermoral. Sangat sering mereka mendemo, tetapi hanya sekadar ujaran kebencian tanpa mengaitkan hal-hal yang bersifat membangun kepada pemerintah.

Dalam hal ini kita tidak bisa menutup mata kita sendiri bahwa pemerintah juga mengeluarkan kebijakan berdasarkan keputusan yang telah dipikirkan secara bersama dari seluruh elemen-elemen pemerintahan.

Maka tak heran jika banyak dari kita dan pemerintah yang tidak bergandengan dalam menjalankan tujuan dari suatu konsep bernegara. Dan kita semua sudah diberi asupan sedari kita sekolah dengan senantiasa memberikan dampak positif untuk bangsa kita sendiri.

Namun yang terjadi sekarang telah berbeda, dan terus berkembang menjadi kebiasaan buruk bagi kita semua. Dan jika dibiarkan akan menimbulkan penyimpangan yang akan terus berkembang dalam diri dan diturunkan ke generasi selanjutnya. Tentu kita semua tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan?

Apa Tindakan Kita untuk Hal Tersebut?

Jauh sebelum kita bertindak banyak dalam mengkritik kelompok, oknum, ataupun pemerintah itu sendiri hal yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah memahami masalah secara baik dan detail untuk mengetahu inti masalah yang akan kita kritik. Hal ini sangat amat saya anjurkan untuk kita terlebih dahulu mengetahui identitas masalah yang akan kita kritik secara terstruktur agar kritik kita tak hanya berisi umpatan yang tak berarti.

Berangkat dari hal tersebut, perlu juga adanya umpan balik yang spesifik dan terukur. Sederhananya, kritik kita harus berisi dengan penjelasan hal yang salah dari suatu kinerja atau kebijakan dan menjelaskan tentang mengapa hal tersebut harus diperbaiki.

Setelah itu barulah kita merangkaikan kritik kita dengan sebuah solusi dari permasalahan yang dikritik. Akan tetapi, dalam hal ini pemberian solusi tidak bersifat mutlak; sebagai konsep terciptanya suatu kritik yang bersifat konstruktif dan tidak menjatuhkan yang hanya sekadar ujaran kebencian.

Lagi-lagi, meskipun belum bisa mencapai sebuah solusi, kritik yang baik harus dilekatkan dengan sifat membangun atau konstruktif. Walau belum bisa menjadi jalan keluar, setidaknya bisa menyadarkan ataupun memberi peringatan.

Apa Tindak Lanjut dari Permasalahan Ini?

Setelah memahami penjelasan terkait, tentu perlu adanya tindak lanjut yang harus dilaksanakan segera, guna menanggulangi masalah ini.

Pemerintah harus menyediakan dan membuka ruang aspirasi selebar-lebarnya. Bukan malah menutup ruang kritik yang justru menjadi benang merah dari permasalahan tersebut.

Saya akan memberi gambaran sederhananya. Ketika seseorang ataupun sekelompok merasa suaranya tidak didengar dalam hal ini kritik yang diabaikan, maka tentunya mereka akan terus menerus mencari cara agar suaranya bisa didengar. Salah satunya yang bisa sangat terjadi adalah dengan keluarnya ujaran kebencian atau bahkan bisa berlanjut ke tindakan anarkisme yang tidak mustahil menghadirkan korban jiwa.

Penutup

Untuk meyakinkan kita semua, saya ingin mempertegas kembali dengan sebuah gambaran, bahwa jika hal ini dibiarkan meraja lela tanpa adanya tindak lanjut, maka penyimpangan ini akan terus terjadi dari generasi ke generasi. Dan lagi-lagi hal ini sangat disayangkan jika hanya dipandang sebelah mata. Sehingga jangan heran jika ke depannya akan timbul berbagai macam bentuk konflik yang terjadi di antara masyarakat dengan pemerintah.

Sebaliknya, jika hal ini dapat ditanggulangi dengan sebagaimana mestinya, maka sudah pasti kita dapat menikmati dampak yang hadir. Contohnya, akan terjalin hal yang berkesinambungan antara pemikiran masyarakat dengan pemerintah dan secara tidak langsung akan berdampak ke generasi selanjutnya.

 


Comments