Bulan Terbelah di Langit Dunia; Sebuah Keyakinan yang Tak Tergoyahkan

(source: pinterest)

Oleh: Muh. Awaluddin

Dalam hidup, ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan sepenuhnya oleh logika. Suatu hal hadir sebagai tanda kebesaran Allah. Mukjizat adalah salah satunya. Hadir sebagai tanda kebesaran Allah dan juga menjadi penguat bagi manusia yang senantiasa dekat dengan rasa keraguan.

Dalam sejarah Islam, mukjizat bukan hanya menjadi bagian dari masa lalu, ia juga menjadi pesan bahwa kuasa Tuhan melampaui batas akal manusia. Mukjizat menjadi bukti nyata kenabian dan kerasulan.

Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Sebagaimana para nabi dan rasul sebelumnya, Nabi Saw juga diberikan anugerah berupa mukjizat-mukjizat yang menguatkan dakwahnya dan menjadi bukti kerasulannya. Diantara banyaknya mukjizat Nabi Muhammad Saw adalah terbelahnya bulan dilangit dunia.

Terbelahnya bulan di langit dunia bukan hanya sekedar cerita ataupun sejarah saja, akan tetapi ia juga menjadi sebuah bukti keyakinan, bahkan membuat akal bertanya-tanya. Hal ini juga termaktub dalam Al-Qur’an sebagai bukti nyata tanda kenabian beliau dalam Surah Al-Qamar ayat 1-3 yang berbunyi:

ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ 1 وَإِن يَرَوْا۟ ءَايَةً يُعْرِضُوا۟ وَيَقُولُوا۟ سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ 2 وَكَذَّبُوا۟ وَٱتَّبَعُوٓا۟ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَكُلُّ أَمْرٍ مُّسْتَقِرٌّ 3

 

“Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. Dan mereka mendustakan (Muhammad) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.”

Matahari terbenam di ufuk barat. Malam itu langit tampak cerah dihiasi dengan bintang-bintang dan bulan purnama. Kaum Quraisy datang kehadapan Nabi Muhammad Saw untuk menantangnya membelah bulan sebagai bukti kenabian. Maka dengan kuasa Allah Swt bulan terbelah menjadi dua. Peristiwa ini disaksikan oleh penduduk Mekah yang kemudian memberikan kesaksian tentang kejadian yang mereka lihat. Kaum Muslimin bertambah keimanannya, sedangkan orang-orang yang mengingkari hal tersebut mereka hanya berkata: ”Muhammad adalah seorang penyihir.”

Selain dikuatkan oleh ayat Al-Qur’an, terdapat juga Hadis yang membahas mengenai peristiwa ini. Abdullah bin Mas’ud berkata:

انشق القمر على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فرقتين، فرقة فوق الجبل وفرقة دونه، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم اشهدوا

“Bulan terbelah pada masa Rasulullah menjadi dua bagian, satu bagian di atas gunung, dan satu bagian di bawahnya. Maka Rasulullah Saw bersabda: Saksikanlah!” (HR. Bukhari & Muslim, dan tergolong  Hadis Sahih)

Berdasarkan dua dalil mutawatir yang sudah dicantumkan diatas berupa Al-Qur’an dan Hadis, maka tidak ada celah keraguan terhadap mukjizat ini. Hal ini menjadi sebuah keyakinan yang tak tergoyahkan bagi kaum Muslimin. Namun, bagaimana halnya dengan orang-orang yang tidak meyakini Al-Qur’an dan Hadis, orang-orang yang berfikir secara logika ketika mereka tidak bisa membuktikan mukjizat tersebut. Apakah Mukjizat tersebut tidak dapat diyakini benar adanya terjadi?

Pertama, ketika ingin membuktikan secara logika apakah sebuah mukjizat masuk akal atau tidak, maka terlebih dahulu kembali ke mukjizat itu sendiri. Mukjizat adalah sebuah kejadian yang terjadi, dan sesuatu yang terjadi di muka bumi ini pasti masuk akal. Maka berdasarkan hal tersebut, secara tidak langsung mereka meyakini mukjizat Nabi Muhammad masuk ke akal mereka.

Kemudian bagaimana cara meyakini Mukjizat Nabi Muhammad yang membelah bulan benar adanya?

Terdapat sebuah kaedah yang berbunyi:

عدم الوجدان لا يستلزم عدم الوجود

“Ketidaktahuan terhadap sesuatu bukan berarti sesuatu itu tidak ada.” Pengingkaran seseorang terhadap sesuatu tidak mempengaruhi nilai kebenaran itu sendiri.

Untuk membuktikan kebenaran hal tersebut, diperlukan validitas. Validitas tidak hanya terbatas pada bukti fisik, seperti kemungkinan adanya  retakan pada bulan yang menunjukkan peristiwa terbelahnya bulan pernah terjadi, tetapi juga dengan adanya bukti informasi. Informasi yang dimaksud disini adalah khabar mutawatir, yaitu kesaksian yang diriwayatkan oleh banyak orang sehingga mustahil dianggap dusta. Oleh karena itu khabar mutawatir bersifat empiris (sesuatu yang benar adanya).

Informasi mengenai terjadinya peristiwa terbelah bulan tidak hanya datang dari kaum muslimin saja, namun dari kalangan kafir Quraisy juga. Hal tersebut yang nantinya diriwayatkan secara mutawatir atau terus menerus dan diyakini benar adanya terjadi.

Mukjizat selalu menjadi bagian yang sulit dijangkau oleh nalar. Peristiwa bulan terbelah di langit dunia mengajarkan bahwa mukjizat bukan hanya sekedar kejadian luar biasa saja, lebih dari itu ia menjadi sebuah keteguhan iman. Ia hadir sebagai tanda kebesaran Allah Swt yang memperkuat keyakinan manusia terhadap kebenaran risalah Nabi Muhammad Saw.

Hakikat pembuktian terhadap kebenaran tidak hanya didasari bukti yang nampak saja. Kebenaran juga bisa melalui kesaksian yang terus menerus disampaikan, diingat dan diyakini sepanjang masa. Dari sini kita melihat bahwa bulan pernah terbelah, dan keyakinan tetap utuh. Ia tidak runtuh oleh keraguan dan prasangka buruk lainnya. Hal ini justru membuat iman mereka tetap kuat dan pada akhirnya ini bukan hanya sekedar bulan dilangit, akan tetapi bukti keyakinan yang tak tergoyahkan.



Editor: Sofiah Najihah S.

Comments