KALA MIMPI MENJAWAB SUNYI

 

(source: pinterest)

Oleh: S.M Mauladdawilah Assagaf

Sinar rembulan menaburkan cahayanya kala itu, suara kendaraan berlalu-lalang tiada henti. Orang-orang masih melakukan aktivitas seakan malam hanyalah sebuah hiasan belaka. Distrik itu sepertinya tak pernah tertidur. Namun, dengan semua bentuk keramaian tersbut, ada satu jiwa yang justru merasa kesepian meski di tengah lautan keramaian.

Seorang remaja laki-laki yang tengah tenggelam dalam lamunannya. Fikirannya tak tenang akhir-akhir ini memikirkan bahwa begitu tidak bergunanya ia, dirinya merasa hanya sekadar titik di antara ribuan cahaya yang berkelip. Tak lama laki-laki tersebut terlelap karena kelelahan dan ia pun tertidur, sebuah tidur yang damai, tidur yang akan membuat semua pertanyaannya terjawab.

Ketika ia membuka mata, ia terkejut mendapati dirinya di sebuah tempat yang sangat luas, hanya ada genangan air sejauh mata memandang, langitnya berwarna jingga dengan siluet yang sangat indah, Ia takjub sekaligus bingung akan keindahan tempat tersebut.

“tempat apa ini?” bisiknya.

“ini adalah Salar da uyuni” tiba-tiba ada seseorang datang menepuk pundaknya dengan ramah, sebuah sentuhan yang menenangkan.

Laki-laki itu mengernyitkan dahi seakan ingin bilang “kamu siapa?”, pemuda misterius itu tersenyum, senyuman yang sangat bersahabat dan berkata, “ada beberapa hal di dunia ini yang sebaiknya tidak kamu ketahui”, jawab pemuda misterius itu seakan tahu maksud lawan bicaranya, laki-laki itu hanya diam coba mencerna kalimat dari pemuda misterius tersebut. Tidak ada percakapan diantara keduanya setelah itu, mereka hanya diam dalam fikiran masing-masing.

Pemuda misterius tersebut kemudian berjalan ke hadapan laki-laki itu, laki-laki itu hanya diam mengamati, pemuda misterius itu tersenyum lalu berkata:

“Di tengah lautan manusia yang tak terhitung, kita sering merasa begitu kecil, hanya sekadar titik di antara ribuan cahaya yang berkelip. Kehadiran kita kadang seperti angin lalu, hadir sebentar, hilang tanpa bekas. Dunia yang luas ini seakan mengajarkan bahwa kita hanyalah “seseorang” biasa, tak lebih dari nama yang mudah terlupakan. Namun, betapa ajaibnya kenyataan bahwa bagi satu hati yang tulus, keberadaan kita bisa berarti segalanya.

Laki-laki itu hanya diam, otaknya mulai mencerna kata-kata pemuda misterius itu.

“Ada seseorang yang mungkin melihatmu bukan sebagai bayangan samar, melainkan sebagai poros tempat seluruh hidupnya berputar. Baginya, tawamu bukan sekadar bunyi, tapi melodi yang menyembuhkan. Tatapanmu bukan sekadar pandangan, melainkan cahaya yang menuntunnya pulang. Kehadiranmu menjelma rumah, tempat ia bisa beristirahat dari riuhnya dunia. Di mata banyak orang, kamu hanyalah orang biasa, tapi di matanya kamu adalah seluruh alasan untuk bertahan.”

Laki-laki itu mulai bergetar, hatinya begitu tertusuk oleh kata-kata pemuda tersebut, ia mulai berfikir bahwa hidupnya mungkin sangat berharga bagi orang lain. Bukankah indah bahwa nilai diri tak diukur dari seberapa besar dunia mengenal kita, melainkan seberapa dalam hati seseorang menjadikan kita dunianya. Tak perlu menjadi matahari yang menerangi semesta, cukup menjadi pelita kecil yang setia menyala dalam dada seseorang. Karena di sanalah, arti hidup menemukan maknanya.

Tanpa sadar air matanya keluar. Pemuda misterius itu diam sejenak dan berkata “Mungkin di dunia ini kamu hanya seseorang, tapi bagi seseorang kamu adalah dunianya”. Ucap pemuda itu kemudian menghilang.

Laki-laki tersebut terbangun, matanya masih sembab karena menangis, ia lalu membuka ponselnya untuk melihat jam, waktu menunjukkan pukul 04.30 clt, kata-kata pemuda itu masih  terngiang di kepalanya, dadanya sesak saat mengingatnya tapi ia mulai lega, sayup-sayup terdengar azan subuh ia pun bergegas bersiap dan berangkat. Ia bertekad melanjutkan hidupnya dengan semangat karena ia tahu dirinya lebih berharga dari yang ia kira.

 


Editor: Sofiah Najihah S.

 

Comments