USIK; Curhatan Hamba Sebagai Wasilah Menuju Tuhan

(Source: Pinterest)

Oleh: Muhammad Taqwa

Seringkali kita memandang bahwa sebuah lagu hanyalah sekadar hiburan semata. Namun dalam khazanah spiritual Islam, khususnya tasawuf, kata-kata yang dilantunkan melalui irama dapat menjadi wasilah yang mengantarkan seorang hamba lebih dekat kepada Allah Swt. Lagu bukan hanya sekadar alunan nada, melainkan bisa menjadi sarana zikir, perenungan, dan ungkapan batin seorang hamba yang merindukan Tuhannya.

Salah satu karya yang memuat nuansa tersebut adalah lagu Usik ciptaan musisi muda Feby Putri. Lagu ini hadir dengan lirik yang unik sekaligus mendalam. Bahkan sejak awal, Feby membuka lagunya dengan susunan lirik terbalik, seolah ingin menunjukkan bahwa ada pesan batin yang tersembunyi di balik lantunan nada tersebut. Pesan tersirat itulah yang memotivasi para pendengar untuk tetap hidup dengan penuh harapan, meski berada dalam kegelisahan.

Makna dari kata usik sendiri adalah “gangguan kecil” atau “kegelisahan yang terus-menerus hadir. Pemilihan kata ini menggambarkan bagaimana seorang hamba seringkali dihantui keresahan dalam hidupnya. Namun, kegelisahan itu justru dapat menjadi pintu untuk berkeluh kesah dan mendekatkan diri kepada Allah. Melalui lagu ini, Feby Putri juga menyampaikan pesan sosial agar kita tidak memandang rendah, merundung, ataupun mendiskriminasi orang lain, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan seperti penyandang tuna rungu.

Feby dalam salah satu liriknya mengatakan:”Hari-hari kujalani harap ada yang bermakna, kembalikanlah senyumku yang pergi, secepat seperti dilahirkan lagi”. Kalimat ini menggambarkan perasaan seseorang yang menjalani hari-harinya tanpa makna, penuh kegelisahan, dan kehilangan semangat hidup. Ia pun merindukan adanya harapan baru yang mampu mengembalikan senyum yang telah hilang. Bahkan, ia membayangkan suatu kemustahilan, yaitu hidup kembali layaknya saat ia dilahirkan.

Namun demikian, lagu Usik juga memberikan solusi yaitu tetap sabar dalam menghadapi setiap masalah. Tidak ada seorang pun yang menginginkan hidup penuh luka, tetapi kenyataannya setiap orang pasti diuji dengan caranya masing-masing. Kesabaran yang dimaksud bukanlah sikap pasrah tanpa daya, melainkan menerima dengan lapang hati bahwa di balik setiap cobaan pasti tersimpan harapan. Dengan sabar, seseorang tidak akan larut dalam kesedihan, melainkan tetap mampu berdiri dan menaruh harapan kepada ketentuan Allah yang terbaik.

Hal ini ditegaskan dalam liriknya yang berbunyi: “Tapi menurutku Tuhan itu baik, merangkai ceritaku sehebat ini”, Kalimat sederhana ini penuh makna, mengajak pendengar untuk meyakini bahwa apa pun takdir yang Allah berikan selalu mengandung kebaikan. Bagi remaja masa kini yang kerap dilanda kesepian, krisis kepercayaan diri, dan tekanan mental, lagu ini menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendiri. Justru dalam ujian itu, mereka diajak untuk bersabar, bersyukur, dan terus bangkit. Pesan ini selaras dengan firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 5:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Dan ditegaskan pula dalam Al-Baqarah ayat 153:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Ayat-ayat ini memberikan kekuatan spiritual bahwa setiap kesulitan pasti disertai jalan keluar, dan kesabaran menjadi kunci untuk meraih pertolongan Allah.

Dengan demikian, lagu Usik dapat dipandang sebagai zikir yang dibungkus oleh melodi. Ia menyampaikan pesan bahwa seberat apa pun masalah yang dihadapi, seorang hamba harus terus bersabar, berhusnuzan, dan mengingat Allah Swt. Sebab hanya Allah yang mengetahui masa depan, dan Dia tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya.

 

“Teruslah berjalan dan tetaplah berhusnuzan kepada Allah Swt”.


Editor: Fairuz

Comments