USIK; Curhatan Hamba Sebagai Wasilah Menuju Tuhan
Oleh: Muhammad Taqwa
Seringkali kita
memandang bahwa sebuah lagu hanyalah sekadar hiburan semata. Namun dalam
khazanah spiritual Islam, khususnya tasawuf, kata-kata yang dilantunkan melalui
irama dapat menjadi wasilah yang mengantarkan seorang hamba lebih dekat kepada
Allah Swt. Lagu bukan hanya sekadar alunan nada, melainkan bisa menjadi sarana
zikir, perenungan, dan ungkapan batin seorang hamba yang merindukan Tuhannya.
Salah satu
karya yang memuat nuansa tersebut adalah lagu Usik ciptaan musisi muda Feby Putri.
Lagu ini hadir dengan lirik yang unik sekaligus mendalam. Bahkan sejak awal,
Feby membuka lagunya dengan susunan lirik terbalik, seolah ingin menunjukkan
bahwa ada pesan batin yang tersembunyi di balik lantunan nada tersebut. Pesan
tersirat itulah yang memotivasi para pendengar untuk tetap hidup dengan penuh
harapan, meski berada dalam kegelisahan.
Makna dari kata
usik sendiri adalah “gangguan kecil” atau “kegelisahan yang terus-menerus
hadir. Pemilihan kata ini menggambarkan bagaimana seorang hamba seringkali
dihantui keresahan dalam hidupnya. Namun, kegelisahan itu justru dapat menjadi
pintu untuk berkeluh kesah dan mendekatkan diri kepada Allah. Melalui lagu ini,
Feby Putri juga menyampaikan pesan sosial agar kita tidak memandang rendah, merundung,
ataupun mendiskriminasi orang lain, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan
seperti penyandang tuna rungu.
Feby dalam
salah satu liriknya mengatakan:”Hari-hari kujalani harap ada yang bermakna,
kembalikanlah senyumku yang pergi, secepat seperti dilahirkan lagi”. Kalimat
ini menggambarkan perasaan seseorang yang menjalani hari-harinya tanpa makna,
penuh kegelisahan, dan kehilangan semangat hidup. Ia pun merindukan adanya
harapan baru yang mampu mengembalikan senyum yang telah hilang. Bahkan, ia
membayangkan suatu kemustahilan, yaitu hidup kembali layaknya saat ia
dilahirkan.
Namun demikian,
lagu Usik juga memberikan solusi yaitu tetap sabar dalam menghadapi setiap
masalah. Tidak ada seorang pun yang menginginkan hidup penuh luka, tetapi
kenyataannya setiap orang pasti diuji dengan caranya masing-masing. Kesabaran
yang dimaksud bukanlah sikap pasrah tanpa daya, melainkan menerima dengan
lapang hati bahwa di balik setiap cobaan pasti tersimpan harapan. Dengan sabar,
seseorang tidak akan larut dalam kesedihan, melainkan tetap mampu berdiri dan
menaruh harapan kepada ketentuan Allah yang terbaik.
Hal ini
ditegaskan dalam liriknya yang berbunyi: “Tapi menurutku Tuhan itu baik,
merangkai ceritaku sehebat ini”, Kalimat sederhana ini penuh makna, mengajak
pendengar untuk meyakini bahwa apa pun takdir yang Allah berikan selalu
mengandung kebaikan. Bagi remaja masa kini yang kerap dilanda kesepian, krisis
kepercayaan diri, dan tekanan mental, lagu ini menjadi pengingat bahwa mereka
tidak sendiri. Justru dalam ujian itu, mereka diajak untuk bersabar, bersyukur,
dan terus bangkit. Pesan ini selaras dengan firman Allah dalam surah
Al-Insyirah ayat 5:
فَإِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)
“Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan.”
Dan ditegaskan
pula dalam Al-Baqarah ayat 153:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ
الصَّابِرِينَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Ayat-ayat ini
memberikan kekuatan spiritual bahwa setiap kesulitan pasti disertai jalan
keluar, dan kesabaran menjadi kunci untuk meraih pertolongan Allah.
Dengan
demikian, lagu Usik dapat dipandang sebagai zikir yang dibungkus oleh melodi. Ia
menyampaikan pesan bahwa seberat apa pun masalah yang dihadapi, seorang hamba
harus terus bersabar, berhusnuzan, dan mengingat Allah Swt. Sebab hanya Allah
yang mengetahui masa depan, dan Dia tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya.
“Teruslah
berjalan dan tetaplah berhusnuzan kepada Allah Swt”.
Editor: Fairuz




Comments
Post a Comment